Dari Solo Terbang ke Tokyo

Paralimpiade menjadi harapan ribuan atlet penyandang difabel beradu olahraga. Para-badminton Indonesia mendobrak sejarah baru dengan capaian fantastis.


Potret Tim Parabadminton Indonesia sebelum meninggalkan kota Solo untuk bertanding pada paralimpiade Tokyo 2020 , Selasa, 17  Agustus  2021./Dok.NPC Indonesia

Semarak pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020 pada 24 Agustus 2021 lalu dipenuhi senyum dan keramaian ribuan atlet di Olympic Stadium Jepang. Dua puluh tiga atlet dari kontingen defile Indonesia tampil menawan mencuri perhatian para pemirsa di kirab obor  pesta olahraga itu dengan mengenakan busana batik yang dirancang dari kota budaya Solo. Dua puluh tiga paralimpian dari Indonesia sebelumnya berangkat dari Solo, Jawa Tengah yang merupakan tempat pemusatan pelatihan nasional (Pelatnas) untuk Paralimpiade. Kota Solo dipilih menjadi tempat penyelenggaraan pelatihan nasional tak lain tak bukan karena kantor pusat National Paralympic Committee (NPC) terletak di kota spirit of java tersebut.


Malam pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020 lalu dimeriahkan dengan penampilan frasa “We Have Wings” yang menggambarkan kesadaran semangat juang 4.400 atlet difabel yang siap bertanding untuk melebarkan sayap-sayap mereka pada Paralimpiade Tokyo 2020 di 22 cabang olahraga berbeda. 


Pada perhelatan Paralimpiade yang ke-16 ini, Indonesia mengirimkan 23 atlet yang bertanding pada tujuh cabang olahraga, yakni: atletik, bulu tangkis, renang, tenis meja, menembak, balap sepeda, dan angkat beban. 


“Kali ini lebih banyak peningkatan. Waktu di Brazil kita hanya bisa mengirimkan 9 atlet, namun Paralimpiade (Tokyo 2020) ini 23 atlet siap bertanding,” ujar Rima Ferdianto, Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia. Rima juga menambahkan bahwa dari tujuh cabang olahraga, paling banyak partisipan adalah pada cabang olahraga para atletik dan Para-badminton.


Dilansir dari laman resmi paralympic.org, Paralimpiade merupakan olahraga untuk atlet difabel yang pertama kali ditemukan pada 1888 di Berlin untuk membantu veteran perang dan warga sipil yang terluka semasa perang dunia.


Pada 1944, Dr. Ludwig Guttmann menggunakan olahraga sebagai salah satu metode rehabilitasi yang kemudian disukai sebagai olahraga rekreasi. Perkembangan peminat mengubah olahraga rehabilitasi tersebut menjadi olahraga kompetitif yang diadakan pada 29 Juli 1948 dikenal dengan nama “Stoke Mandeville Games” yang nantinya berkembang dengan nama “Paralimpiade”.


Sepanjang sejarah Paralimpiade berlangsung untuk pertama kalinya Paralimpiade ditunda selama setahun lebih dikarenakan kondisi pandemi Covid-19. Pada awalnya, Paralimpiade disepakati diadakan pada 24 Juli sampai 9 Agustus 2020 di Tokyo, Jepang melalui rapat NPC Internasional ke-125. Meski digelar pada 2021, nama resmi untuk Olimpiade Tokyo tetap menyematkan tahun 2020, salah satu alasannya untuk keputusan komersial seperti produksi dan barang dagangan resmi Olimpiade Tokyo 2020.


Pada perhelatan Paralimpiade Tokyo 2020 ini ada hal baru yang menarik, terdapat dua cabang olahraga baru yang dipertandingkan salah satunya adalah Para-badminton.  Wakil Sekretaris Jenderal NPC Rima Ferdianto menjelaskan hal ini dikarenakan dalam pengadaan cabang olahraga ditetapkan beberapa syarat pengajuan cabang olahraga tersebut harus memiliki banyak partisipan serta terdapat keseimbangan gender pada jumlah atlet yang mengikuti. Tak hanya itu, pengadaan cabang olahraga baru juga dipengaruhi oleh ekshibisi. “Harus menunggu eksibisi dulu baru mengajukan, kemarin diadakan di London. Para-badminton dan taekwondo adalah cabor baru,” terangnya.


Capaian tim Paralimpiade Indonesia tahun ini bisa dibilang fantastis. Perolehan medali meningkat signifikan dibandingkan dengan Paralimpiade sebelumnya. Sumbangsih terbesar datang dari cabang olahraga Para-badminton. Enam dari sembilan medali yang dibawa pulang Indonesia merupakan hasil perjuangan para atlet tepak bulu ini.


Infografis capaian prestasi cabang olahraga Para Badminton Indonesia/ Koma
Dengan raihan yang melebihi target dari tim Para-badminton, Kepala Pelatih Para-badminton Indonesia Jarot Hernowo menganggap hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang menandakan bahwa perkembangan Para-badminton sudah semakin meningkat dan semakin kompetitif. “Jadi untuk kedepannya kita harus tetap meningkatkan saja,” pungkasnya.


Share:

Posting Komentar

Copyright © Koma. Designed by OddThemes